Komunitas Budaya Bandoengmooi Rekonstruksi Mitos Munding Dongkol dalam Seni Pertunjukan Jalanan

Bangbarongan Munding Dongkol turut meriahkan penyambutan Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil beserta istri dan tamu undangan menjelang Sidang Paripurna Istimewa memperingati hari jadi ke 22 Kota Cimahi yang digelar DPRD dan Pemeritah Kota Cimahi, Rabu 21 Juni 2023 di Gedung DPRD, Jl. Dra Hj. Djulaeha Karmita Kota Cimahi.

Hermana HMT, pelaku budaya Kota Cimahi dan mantan ketua Dewan Kebudayaan Kota Cimahi mengatakan, seni Bangbarongan Munding Dongkol digagas tahun 2010 dan diperkenalkan pertama kali tahun 2011 pada peringatan Hari Jadi Kota Cimahi ke 10 sebagai seni pertunjukan jalanan atau kirab budaya.

“Seni Bangbarongan Munding Dongkol dikemas dalam bentuk komposisi tari yang mengacu pada gerak dasar tari tadisional Sunda dengan diiringi instrumen musik Sunda. Pemain yang terlibar sekiran 20-40 orang, sepanjang perjalanan kirab mereka menari sambal diringi musik, sesekali berhenti dan melakukan aktrasi dihapan penonton yang dilewatinya,” ujarnya.

Sejak tahun 2011 seni ini tidak semata digelar di Kota Cimahi, tapi digelar pulu pada kirab budaya yang diselenggarakan oleh beberapa Kota/Kabupaten di Jawa Barat mewakili kontingen Kota Cimahi dan mendapatkan undangan dari komunitas budaya atau pihak swasta seperti pada kegiatan Braga Festival, Festival Asia Afrika dan lain sebagainya.

“Seni Bangbarongan Munding Dongkol terinspirasi dari mitos mahluk gaib Munding Dongkol penguasa aliran sungai dan anak sungai Citarum. Sampai sekarang menjadi seni pertinjukan jalanan dan bagian yang tidak terpisahkan dari Kirab Budaya Ngara Cai dan Ngalokat Cai Cimahi,” katanya.

Menurut Hermana, sebagaian masyarakat Kota Bandung, Kabupaten Bandung dan Kota Cimahi dari dulu sampai sekarang masih ada yang mempercayai Munding Dongkol benar nyata adanya. Wujudnya bertubuh gempal, tanduk menjulur ke depan, sorot mata yang tajam dan menyeramkan. Kehadirannya dipercaya sangat membahayakan. Mahluk itu muncul menjelang mangrib dan selalu mengejar orang yang melihatnya.

“Mahluk gaib ini juga sering muncul ketika aliran sungan sedang meluap. Kemunculannya menjadi tanda bahwa di kawasan tersebut bakal terjadi banjir besar,” ungkapnya.

Munding Dongkol bersemayam dalam air yang tenang senantiasa terjaga dan penuh kelembutan. Lenggoknya bagai riak air danau yang sedang tebarkan pesona. Langkahnya guntai, bergemericik bagai air terjun yang sarat dengan keindahan. Disaat itu, kehidupan pun terasa bergairah dan penuh kedamaian.

“Namun ketika alam diusik, air tidak memiliki tempat yang memadai untuk bersemayam dengan tenang. Siluman Munding Dongkol terbangunkan dari lelap tidurnya. Kelembutanya berubah menjadi murka dan siap menghancurkan segalaya,” tandasnya.

Mitos Munding Dongkol menjadi bagian yang tidak tepisahkan dari perkembangan budaya masyarakat Kota Cimahi terutama di kampung Babakan Loa RW 07 Kelurahan Pasirkaliki, Kecamatan Cimahi Utara, Kota Cimahi. Salah satunya memberi inspirasi hingga terlahir sebuah karya seni yang disebut Mumundingan (replika patung kerbau).

“Mumundingan merupakan replika kerbau yang diabuat dari ijuk pohon enau. Sekitar tahun 1970-1980-an Mumundingan menjadi bagian dari perlengkapan kirab budaya dan sering digelar pada peringatan hari kemerdekaan Republik Indonesia. Tiap tanggal 17 Agustus kami senantiasa melakukan kirab budaya dengan berjalan kaki menuju tempat upacara di lapangan Sriwijaya Cimahi (sekarang menjadi Pasar Antri),” jelasnya.

Seiring berhentinya masyarakat beternak kerbau, beralih fungsinya lahan pertanian menjadi pemukiman penduduk, dan hilangnya sungai tempat beremdam kerbau.  Peradaban kampung berubah menjadi peradaban Kota. Mitos  Munding Dongkol dan Mumundingan era tahun 1990-an sepi dari wacana kehidupan masyarakat kampung Babakan Loa.

“Walau demikian sebagian penduduk kampung yang tersisa tidak kehilangan memori masa lalunya. Kebudayaan yang pernah tumbuh dan menjadi bagian hidupnya mengispirasi, mewujud menjadi kaya seni baru yang berhibungan dengan air juga tanah kelahiran dalam sajian musik, teater dan tari. Bersama komunitas budaya Bandoengmooi, Munding Dongkol dan Mumundingan kemudian direvitalisasi sekaligus direkonstruksi dalam bentuk seni Bangbarongan Monding Dongkol,” pungkasnya.(BM)

Similar Articles

Comments

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

spot_img

Instagram

Most Popular