“Juragan Kumed” Terbaik Ke III Pasanggiri Teater Daerah Jawa Barat 2015

Masalah yang tidak terpisakan dalam kehidupan masyarakat kita adalah isu pengelolaan sampah. Semakin bertambah jumlah penduduk suatu wilayah semakin bertambah pula volume sampah yang dibuang. Praktek pengelolaan sampah pada umumnya, sampah yang dihasilkan dari rumah-rumah khususnya sebatas diangkat oleh petugas pengumpul sampah, bahkan masih ada yang dibuang di sembarang tempat dan ke sungai.

“Pertunjukan teater daerah Juragan Kumed bukan kisah nyata, ceritanya benar-benar piktif namun terinspirasi oleh peristiwa yang cukup menggemparkan dunia, yaitu tragedi longsornya tempat akhir pembuangan sampah di Leuwigajah Kota Cimahi tahun 2005 dan menewaskan lebih dari 150 orang. Lewat pertunjukan ini kami ingin mengingatkan kembali pada masyarakat bahwa sampah senantiasa menimbulkan hal buruk bagi kehidupan dan lingkungan. Sebaliknya sampah bisa bermanfaat bagi kehidupan jika dikelola dengan baik, diantaranya sampah bisa menghasilkan berbagai produk baru (hasil daur ulang), pupuk, makanan ternak, gas dan listrik,” jelas Hermana.

Juragan Kumed diambil dalam bahasa Sunda yang mengandung arti orang kaya kikir. Yakni mengisahkan seseorang bernama Somad yang masa mudanya hidup miskin, kemudian masa tuaanya berubah menjadi orang yang memiliki kekayaan belimpah dan tidak mau sedikitpun berbagi pada orang lain.

Somad yang kikirnya luar biasa itu selalu berhitung untung rugi, jika baginya menguntungkan maka dia sambut dengan baik dan tak peduli yang menguntungkan bagi dirinya merugikan bagi orang lain. Seperti halnya mengijinkan sebagian tanah yang dimilikinya dijadikan pusat pembuangan sampah, asalkan tipping fee atau biaya sewa tanahnya sangat menguntungkan.

Tempat pembuangan sampah milik Somad menimbulkan keresahan sebagian besar masyarakat disekitarnya. Sampah yang kian menggunung telah mencemari udara, tanah, air dan menyebabkan orang meninggal. Masyarakat sudah banyak protes, tapi Somad tidak peduli. Dia memilih cara-cara jahat, yakni dengan menyuap Kepala Desa agar dapat meredam warganya dan membereskan persoalan-persoalan yang timbul, yang dianggap mengganggu segala usaha dalam menumpuk kekayaan bagi dirinya.

Disisi lain Somad selalu kesepian. Dia patah hati, karena ditinggal pergi oleh Euis teman masa kecilnya. Dia berharap besar Euis bisa dipersunting menjadi istri sejatinya, tapi bertupuk sebelah tangan karena Euis lebih mencintai laki-laki lain.

Dalam kesendirian Somad senantiasa merindukan Euis sekaligus membencinya. Somad marah-marah dan menangis sendiri jika terkenang pada masa lalunya bersama Euis. Somad yang sudah tua masih berharap Euis bisa kembali dan menikah dengan dirinya, tapi setelah Euis ada di hadapannya Somad tetap tidak berdaya.

Di usianya yang sudah tua, Juragan Kumed tetap sombong. Tapi, bersama keangkuhan yang sudah membatu pada jiwanya, dia tidak bisa lari dari takdirnya. Juragan Kumed mati termakan sumpah serapah sendiri, dia terbawa banjir dan tertimbun sampah yang longsor tergerus air akibat hujan lebat.**

Similar Articles

Comments

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

spot_img

Instagram

Most Popular